Popular

Selasa, 31 Mei 2011

Kebutuhan vs Keinginan


Inilah contoh  Kebutuhan di era sekarang:
ü  Saya butuh Google agar saya dapat dengan mudah mendapatkan informasi apapun
ü  Saya butuh Facebook agar tetap bias menjalin pertemanan dan ajang silaturahmi antara teman/ saudara
ü  Saya butuh Handphone untuk dapat berkomunikasi kapanpun dan dengan siapapun

Inilah contoh Keinginan di era sekarang:
ü  Saya ingin membeli HP yang ber OS Android karena keren dan banyak fasilitasnya
ü  Saya ingin sepatu Nike karena modelnya selalu bagus
ü  Saya ingin sepeda Fixie karena disamping modelnya lucu sekarang juga lagi musim.

Dari sedikit perbandingan di atas bisa terlihat perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Sesuatu yang dibutuhkan terkesan begitu mendasar dan integral. Tanpa pikir panjang, produk atau layanan ini lebih mudah untuk diterima, bahkan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar.

Lain halnya dengan beberapa contoh kalimat yang berdasarkan keinginan. Terlihat tidak terlalu penting, bisa dilewatkan, dan lebih berasal dari impulse. Tanpa barang atau layanan ini, sang pengguna/pembeli masih bisa bertahan hidup dengan fungsi awalnya.

Bila dilihat dari sederetan produk atau layanan web/teknologi yang selamat dariDotCom bubble, terlihat bahwa kehadiran mereka begitu mendasar. Seperti Google dengan mesin pencari-nya, meskipun revenue-nya berasal dari iklan sepenuhnya. Begitu juga dengan eBay yang menjadi pusat pedagangan bagi perseorangan yang selama ini kesusahan menjual barang-barang yang tidak diperlukan.

Bila diamati, suatu yang dibutuhkan cenderung mempunyai tingkat kesuksesan yang lebih tinggi, meskipun tidak mutlak. Banyak layanan web2.0 yang sangat keren, tapi tidak memenuhi kebutuhan dasar. Bahkan model bisnis saja tidak ada.

Hal ini juga dialami oleh Twitter diawal kehadirannya. Banyak yang menganggap berkomunikasi secara singkat dalam ukuran SMS tidak ada manfaatnya. Lambat laun, manfaat Twitter semakin terasa di dunia social media, bahkan banyak selebriti yang berpartisipasi. Kini Twitter dianggap mempunyai nilai lebih, bukan karena keren saja. Microblogging dibutuhkan untuk berkomunikasi secara singkat dan efisien.

Facebook? Bila semua teman sudah dikumpulkan, yang tersisa hanyalah permainan ala Mafia War. Inilah saat penentuan apakah Facebook benar-benar kebutuhan dasar kita di dunia maya.

Apa pendapatmu tentang Kebutuhan vs. Keinginan? Apakah Facebook & Twitter merupakan kebutuhan? Atau hanya tren sesaat? Apa aplikasi anda memenuhi kebutuhan?

Heaven knows…

Kegigihan, Ketabahan, dan Usaha yang Konsisten (Inspired by Spider)

Dikisahkan, di sudut atap sebuah rumah yang sudah tua, tampak seekor laba-laba yang setiap hari bekerja membuat sarangnya dengan giat dan rajin.

Suatu hari, hujan turun dengan derasnya dan angin bertiup sangat kencang. Rumah tua itu bocor di sana-sini dan sarang laba-laba pun rusak terkena bocoran air serta hempasan angin. Tembok menjadi basah dan licin. Tampak si laba-laba dengan susah payah berusaha merayap naik. Tetapi karena tembok licin, laba-laba pun terjatuh. Ia terus bersusah payah untuk merayap naik, tetapi jatuh dan jatuh lagi. Begitu terus berulang-ulang. Tetapi, laba-laba itu ternyata tetap berusaha merayap naik dengan kegigihan yang luar biasa.

Rumah tua itu dihuni oleh tiga orang kakak beradik yang masih muda usianya. Saat kejadian itu berlangsung, kebetulan mereka bertiga sedang menyaksikan tingkah laku si laba-laba tadi. Dan berikut adalah komentar-komentar mereka:

Si sulung dengan menghela napas berkata: "Nasibku sama dengan laba-laba itu. Meskipun aku telah berusaha dengan susah payah dan terus menerus, tetapi tetap saja hasilnya nol. Sia-sia belaka! Memang beginilah nasibku. Meskipun telah berusaha sekuat apa pun percuma saja. Tidak bisa berubah !”

Pemuda kedua dengan santai berkomentar: "Laba-laba itu bodoh sekali ! Kenapa tidak mencari jalan yang kering dengan memutar kemudian merayap naik ? Aku tidak akan sebodoh dia. Kelak bila ada kesulitan, aku akan mencari jalan pintas. Aku pasti memakai otak mencari akal untuk menghindari kesulitan. Tidak perlu bersusah payah menghadapinya.”
Lain lagi pendapat si bungsu. Melihat kegigihan laba-laba tadi, hatinya sangat tergugah. Beginilah komentarnya: "Laba-laba itu begitu kecil, tetapi memiliki semangat pantang menyerah yang luar biasa ! Dalam hal ketabahan dan keuletan, aku harus belajar dari semangat laba-laba itu. Dengan mencontoh semangat juang seperti itu, suatu hari aku pasti bisa meraih kesuksesan !”

Cerita laba-laba di atas sungguh inspiratif sekali. Sudut pandang yang berbeda dalam melihat sebuah persoalan yang terjadi akan melahirkan penanganan yang berbeda. Dan cara penanganan yang berbeda tentunya akan mendatangkan hasil yang berbeda pula.

Cara pandang sulung memperlihatkan sosok yang tanpa motivasi, tanpa target hidup yang pasti, pasrah, mudah putus asa, dan bergantung pada apa yang disebutnya "nasib”. Inilah perspektif yang paling menghambat langkah seseorang untuk meraih keberhasilan. Jika kita menganut sudut pandang seperti ini, dijamin keberhasilan akan jauh dari jangkauan kita.

Sebaliknya, perspektif pemuda kedua menunjukkan tanda-tanda sebuah pribadi yang oportunis dan sangat pragmatis. Dalam menghadapi setiap persoalan, pilihan yang ditempuhnya adalah menghindari atau lari dari persoalan tersebut. Jika toh harus dihadapinya, maka ditempuhlah jalan-jalan pintas dengan menghalalkan segala cara, asalkan tujuannya tercapai. Bukannya mencari pemecahan dengan kreativitas dan kecerdasan, tetapi lebih menggunakan cara-cara yang tidak benar, mengelabui, curang, melanggar etika, dan mengabaikan hak-hak orang lain. Jika setiap kali menemui rintangan dan kita bersikap demikian. Maka bisa dipastikan mental kita akan menjadi lemah, rapuh, dan besar kemungkinan menjadi manusia "raja tega” yang negatif.

Dan tentu saja, saya setuju dengan pendapat si bungsu. Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus kita miliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap persoalan merupakan batu penguji yang harus dipecahkan dan dihadapi dengan penuh keberanian. Kita harus membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul sebagai suatu hal yang wajar dan harus dihadapi, bukan menghindar atau melarikan diri dari masalah.

Sesungguhnya, kualitas kematangan mental seseorang dibangun dari fondasi banyaknya hambatan, masalah, kelemahan, dan problem kesulitan yang mampu diatasi.

Dan jelas sekali, dengan bekal kegigihan, ketabahan, dan usaha yang konsisten, kesuksesan yang kita peroleh pasti berkualitas dan membanggakan, membahagiakan !.
Andri Wongso, Buku Wisdom Success 15